Lada putih dan lada hitam Indonesia merupakan salah satu komoditas rempah-rempah yang memegang posisi kunci di Asia Tenggara. Namun dalam beberapa tahun terakhir, hasil lada Indonesia menduduki posisi kedua setelah Vietnam. Salah satu kendala utama pertanian lada Indonesia adalah harga yang cenderung kurang stabil, di antara faktor-faktor lain seperti perubahan iklim dan kurangnya pengetahuan petani mengenai Budi Daya Lada yang Baik atau Good Agricultural Practices (GAP). Harga lada Indonesia pernah mencapai Rp. 170.000 pada tahun 2015, lalu turun menjadi Rp. 50.000 di tahun-tahun berikutnya, dengan fluktuasi harga bulanan yang cukup drastis. Hal tersebut menyebabkan kecenderungan petani memilih komoditas lain yang harganya relatif lebih stabil, yaitu seperti kelapa sawit, karet, atau kopi. Mulai tahun ini, harga lada Indonesia menunjukkan prospek perubahan yang positif, sebagaimana dapat diamati dari data Kementerian Perdagangan dan Komunitas Lada Internasional.

Meskipun harga lada Indonesia turun sepanjang tahun 2018 dan 2019, harga yang terus merangkak naik di penghujung tahun menunjukkan prospek positif untuk tahun 2021 bagi petani lada putih maupun lada hitam. Tren ini dapat dilihat dari daerah-daerah pertanian lada utama di Indonesia, seperti Bangka Belitung dan Kalimantan untuk lada putih, dan Lampung untuk lada hitam. Menurut Kementrian Pertanian, harga lada putih Bangka Belitung naik sebesar 41,7% menjadi Rp. 42.417  / kg di tahun 2020 dari Rp. 38.306 / kg pada Desember 2019. Sementara harga lada putih di Kalimantan pada kuartal pertama tahun 2020 masih cenderung menurun, namun kembali meningkat di akhir tahun 2020. Harga lada putih di wilayah produsen lada terbesar di Kalimantan, yaitu Kalimantan Timur, secara umum berada di kisaran harga Rp. 60.000 di tahun 2019, lalu turun hingga Rp. 30.400 / kg di bulan bulan Maret 2020. Namun, harga mulai merangkak naik kembali menjadi Rp. 58.000 / kg di bulan Desember 2020. Harga lada tertinggi datang dari wilayah Kalimantan Selatan, dimana harga rata-rata lada putih mencapai Rp. 83.703 / kg sepanjang 2019 dan 2020. . Harga lada hitam di Lampung mencapai Rp. 33.000 / kg pada Desember 2020, menunjukkan peningkatan dari Rp. 23.000 / kg pada bulan yang sama di tahun 2019. Kenaikan harga tersebut juga tercermin di pasar lada internasional, dimana pertukaran harga lada Indonesia di International Pepper Community (IPC) mencapai Rp. 60.064 / kg pada awal Agustus 2020, sebuah peningkatan dari 55.154 / kg pada bulan Juni tahun yang sama. Seiring dengan kenaikan harga lada, ekspor pertanian juga mulai meningkat pada September 2020, menunjukkan pasar internasional mulai terbuka untuk ekspor pertanian di tengah pandemi COVID-19. Hal ini menunjukkan meningkatnya permintaan komoditas pertanian Indonesia, termasuk lada sebagai salah satu komoditas utama yang diekspor pada Januari-Agustus 2020.

Peluang bagi Petani Lada

Kenaikan harga lada akan memberikan kontribusi yang besar bagi kesejahteraan petani jika maksimalisasi hasil pertanian sejalan dengan tren harga yang positif. Hal tersebut sangat bergantung pada praktik pertanian di masing-masing lahan. Produktivitas, pengendalian hama, dan pengelolaan pertanian adalah beberapa faktor kunci yang perlu dikelola dengan baik oleh petani dalam memproduksi lada berkualitas dalam jumlah yang tinggi.

Pasar lada yang terus tumbuh juga dapat mengundang peluang urban farming, terutama di masa work from home (WFH). Banyak individu yang memilih untuk mencoba bertani dalam skala kecil untuk kebutuhan ketahanan pangan. Dalam hal ini, masyarakat kota dapat mencoba menanam lada jenis perdu yang tidak memakan banyak tempat dan bisa ditanam di dalam pot sebagai salah satu alternatif yang mudah dan praktis untuk berbudi daya lada dengan menggunakan metode urban farming di lahan perkotaan yang terbatas. Pemerintah juga aktif mempromosikan praktik-praktik urban farming, contohnya di Magelang, dimana Pemerintah Kota Magelang mengadakan workshop mengenai urban farming lada perdu dengan teknik hidroponik dan vertikultur yang mendorong peserta untuk mencoba praktik-praktik urban farming yang inovatif dan berkelanjutan.

Pertanian berkelanjutan menjadi salah satu aspek penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas hasil lada. Dalam hal ini, teknologi informasi menjadi alat yang penting untuk memastikan kondisi tanaman lada tetap terjaga. SpiceUp menawarkan solusi bagi petani untuk melacak kondisi tanah, air, cuaca dan perubahan lingkungan melalui sistem satelit yang terkemuka. Petani juga dapat melihat perubahan harga lada harian dan memperoleh pengetahuan tentang cara-cara optimalisasi hasil lada dengan menerapkan GAP untuk memaksimalkan hasil lada petani di pasar yang kian optimis.

 

Bagikan